Dampak dan Keterlibatan Orang Tua di Sosial Media dalam Era Postmodern

"Pada era postmodern dan budaya maya, kita menyaksikan dampak dari sosial media dalam kehidupan sehari-hari. Tentu keterlibatan orang tua didalam ..."

1 min read
Sosial Media
Sosial Media

Sebelum kita menyelami dampak sosial media, mari kita pahami teori postmodern yang diperkenalkan oleh filsuf Francois Lyotard. Postmodernisme, yang pada awalnya berusaha menyempurnakan teori modern, malah mengkritik paradigma tersebut. Fokusnya lebih kepada kegagalan teori modern dalam meningkatkan martabat manusia dan memajukan teknologi serta pengetahuan. Pemikiran ini diusung oleh tokoh filsuf seperti Lyotard.

Dampak Sosial Media di Era Postmodern

Melangkah ke era postmodern dan budaya maya, kita menyaksikan dampak dari sosial media dalam kehidupan sehari-hari. Sosial media tidak hanya berperan sebagai sarana bersosialisasi, tetapi juga membentuk relasi dalam masyarakat modern. Namun, dampaknya menjadi perdebatan hangat, terutama di kalangan orang tua dan pelaku pendidikan.

Generasi saat ini, mulai dari balita hingga remaja, hidup dalam konsumsi konten digital. Ketergantungan pada smartphone dan gaya hidup instan menjadi norma, disertai kecenderungan meniru gaya hidup hedonistik dan materialistik.

Keterlibatan Orang Tua dalam Kehidupan Sosial

Orang tua, terlibat dalam kehidupan sosial dan berkomunitas, terkadang terperangkap dalam ideologi kapitalis. Mereka cenderung menampilkan citra glamor dan materialistik melalui media sosial, meninggalkan esensi kehidupan beragama.

Sayangnya, hal ini membuka celah bagi pihak yang tidak bertanggung jawab, mengancam keselamatan remaja. Penculikan, penipuan, hingga perdagangan manusia melalui prostitusi online menjadi risiko nyata.

Pembedaan Antara Dunia Maya dan Nyata

Sosial media menjadi alat menciptakan perbedaan tipis antara kehidupan maya dan nyata. Dalam konteks teori postmodern, masyarakat modern dianggap sebagai jaringan hubungan atau publik. Kehidupan digital semakin meresahkan dengan citra yang dibangun, update status demi like dan komentar.

Kehidupan konsumtif dan pembentukan kelompok dengan kualifikasi berdasarkan gaya hidupnya menciptakan segregasi di dunia maya. Kelompok yang tidak sesuai dengan norma dapat mengalami diskriminasi dan bahkan perundungan.

Terporalisasinya Kehidupan Masyarakat

Dalam era digital, kehidupan masyarakat terporalisasi oleh sosial media. Mereka terhubung tanpa memedulikan jarak, waktu, bahkan budaya. Dunia maya menjadi industri yang memaksa, dengan ideologi kapitalis dan tekanan untuk terlihat populer.

Begitu banyak yang terjerumus dalam tuntutan kehidupan maya, di mana penampilan lebih diutamakan daripada substansi. Industri ini menciptakan tekanan bagi individu untuk terlihat kaya, bahagia, dan ramah. Semua ini membentuk citra palsu yang dihadirkan untuk memenuhi standar dunia maya.

Dalam keseluruhan, kita perlu memahami bahwa sosial media, dalam keberadaannya yang kompleks, telah membawa tantangan dan dampak besar terhadap kehidupan postmodern masyarakat digital. Penting bagi kita untuk bijak dalam berinteraksi dengan dunia maya, menjaga kualitas berpikir, dan menghadapi tantangan ini dengan kesadaran penuh.

Post a Comment
Menu
Search